Friday 24 December 2010

Penemuan Socaludira berhadiah tahta

Kisah yang dituturkan dalam Babad Purbalingga
Suasana malam hari di Masjid Agung Purbalingga


















Inilah Babad Purbalingga. Cerita rakyat ini bertutur tentang awal mula pengangkatan Kiai Tepus Rumput menjadi Adipati Onje (Purbalingga) oleh Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang dengan gelar Kiai Ageng Ore-ore. 

Babad Purbalingga berkembang dari cerita tutur di masyarakat sekitar. Selain itu, kisahnya juga tersimpan dalam naskah kuno bernama Babad Onje dan Serat Sejarah Rupi Onje. Kedua naskah dengan teks berhuruf Arab dan bahasa Jawa Krama dan Ngoko itu menjadi rujukan dalam penyusunan sejarah kota dalam Babad Purbalingga.

Cerita ini dimulai dari kunjungan Kanjeng Sultan Pajang ke Onje, sekarang sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Purbalingga. Dalam perjalanannya itu, Sultan Pajang mengalami kejadian yang tidak menggembirakan. Cincin bernama Socaludira yang dimiliki Sultan Pajang jatuh ke dalam sumur dan tidak bisa ditemukan.

Demi mendapatkan cincin itu, Sultan Pajang mengumumkan sebuah sayembara. Bunyi sayembara berhadiah itu seperti tertulis di Babad Onje: "Sapa bocah kang bisa anjuput ali-aliningsun, Socaludira wasiyat, saiki kalebu ning sumur jumbleng. Ingsun ora wani-wani. Sapa kang anemokaken manira paringi bojoningsun bocah desa asal Menoreh, Putrane Kyai Dipati Menoreh."

Bagi siapapun yang bisa menemukan cincin Socaludira, Sultan Pajang akan menjadikannya istri jika penemunya perempuan. Sementara jika penemu cincinnya seorang laki-laki, maka Sultan Pajang akan menghadiahkan istrinya yang berasal dari Desa Menoreh dan tengah hamil 4 bulan .

Setelah mendengar sayembara itu, Kiai Tepus Rumput bertapa memohon pada Sang Maha Pencipta. Tapa yang dilakukan Kiai Tepus Rumput selama 40 hari rupanya tidak sia-sia. Dia berhasil menemukan cincin Socaludira yang hilang. Kiai Tepus Rumput lantas mengantarkan cincin itu ke Keraton Pajang. 

Sesuai janjinya, Sultan Pajang kemudian menyerahkan istrinya yang tengah berbadan dua sebagai hadiah. Penemu cincin itu diminta kembali ke Onje untuk merawat perempuan dari Desa Menoreh itu. Kelak jika anaknya telah lahir dan sudah bisa melempar tombak, Kiai Tepus Rumput harus membawanya kembali ke Sultan Pajang.

Sultan Pajang juga sekaligus mengangkat Kiai Tepus Rumput menjadi Adipati Onje dengan gelar Kiai Ageng Ore-ore. Sementara jika kelak putranya lahir, ia akan diberi julukan Kiai Dipati Anyakrapati. Untuk itu, Sultan Pajang juga memberi hadiah berupa tanah garapan seluas 200 grumbul.

Selang beberapa bulan, anak Sultan Pajang lahir dari perempuan yang telah menjadi istri Adipati Onje itu. Setelah anak itu cukup dewasa yang disimbolkan dengan kemampuannya melempar tombak, dia dibawa ke Keraton Pajang. Tapi Sultan Pajang kembali menghadiahkan anaknya ke Adipati Onje. Untuk menjamin kesejahteraan anaknya, Sultan Pajang kembali memberi hadiah berupa tanah seluas 875 grumbul. Adipati Onje pulang dengan membawa tujuh keluarga sebagai pembantu.




Artikel terkait:

1 comments:

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Post a Comment

Budayakan meninggalkan jejak di blog yang dikunjungi dengan memberikan komentar, terimakasih....

 
Desain diolah oleh Sofyan NH | Bloggerized by Ideaku Online | Gunungwuled